Kamis, 23 September 2010

Natalia Kristanti Anggraini - 03745

MODEL INTERAKSIONAL

            Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata ataupun abstrak, dengan menonjolkan unsure-unsur terpenting fenomena tersebut. Model jelas bukan fenomena itu sendiri. Akan tetapi, peminat komunikasi sering mencampuradukkan model komunikasi dengan fenomena komunikasi. Jika kita kurang hati-hati menggunakan model, model dapat menyesatkan kita. Itulah sisi negatif dari model. Menurut Sereno dan Mortensen, model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Sedangkan B.Aubrey Fisher mengatakan, model adalah analogi yang mengabstrakkan dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat atau komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan model. Model adalah teori yang lebih disederhanakan. Kita dapat menggunakan model untuk melukiskan model suatu objek, teori atau proses. Model menyediakan kerangka rujukan untuk memikirkan masalah, bila model awal tidak berhasil memprediksi.
            Gordon Wiseman dan Larry Barker mengemukakan bahwa model komunikasi mempunyai tiga fungsi, yang pertama  adalah melukiskan proses komunikasi, yang kedua adalah menunjukkan hubungan visual, dan yang ketiga adalah membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi. Deutsch menyebutkan bahwa model mempunyai empat fungsi, yaitu mengorganisasikan yang tadinya tidak teramati, heuristik, prediktif untuk memungkinkan peramalan dari sekedar tipe ya atau tidak hingga yang kuantitatif yang berkenaan dengan kapan dan berapa banyak, dan yang terakhir pengukuran, untuk mengukur fenomena yang diprediksi. Model verbal adalah model atau teori yang dinyatakan dengan kata-kata, meskipun bentuknya sangat sederhana. Model verbal ini sering dibantu dengan grafik, diagram atau gambar.
            Model Interaksional berlawanan dengan model stimulus – respons dan beberapa model linier lainnya. Model Interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif. Model Interaksional merujuk pada model komunikasi yang dikembangkan oleh para ilmuwan sosial yang menggunakan perspektif interaksi simbolik, dengan tokoh utamanya George Herbert Mead. Perspektif Interaksi simbolik lebih dikenal dalam sosiologi, meskipun pengaruhnya juga menembus disiplin-disiplin lain seperti psikologi, ilmu komunikasi dan bahkan antropologi. Model Interaksional sebenarnya sulit untuk digambarkan dalam model diagramatik, karena karakternya yang kualitatif, nonsistemik dan nonlinier.
            Menurut model interaksi simbolik, orang-orang sebagai peserta komunikasi bersifat aktif, reflektif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang rumit dan sulit diramalkan. Dalam konteks ini, Blummer mengemukakan tiga premis yang menjadi dasar model ini. Yang pertama, manusia bertindak berdasarkan makna yang diberikan individu terhadap lingkungan sosialnya, yang kedua adalah makna berhubunagan langsung dengan interaksi sosial yang dilakukan individu dengan lingkungan sosialnya, yang ketiga adalah makna diciptakan, dipertahankan dan diubah lewat proses penafsiran yang dilakukan individu dalam berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Oleh karena individu terus berubah, masyarakat pun berubah melalui interaksi. Jadi interaksilah yang dianggap variabel variabel penting yang menentukan perilaku manusia, bukan struktur masyarakat. Struktur itu sendiri tercipta dan berubah karena interaksi manusia.
            Para peserta komunikasi menurut model interaksional adalah orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial, tepatnya melalui pengambilan peran orang lain. Diri (self) berkembang lewat interaksi dengan orang lain, dimulai dengan lingkungan terdekatnya seperti keluarga (significant others) dalam suatu tahap yang disebut tahap permainan (play stage) dan terus berlanjut hingga ke lingkungan luas (generalized others) dalam suatu tahap yang disebut tahap pertandingan (game stage).

Sumber :
Mulyana, Deddy.2007.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.PT Remaja Rosdakarya:Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar